Pages

Jumat, 18 Mei 2012

#story

Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu dimana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.
Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortar yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, ada kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka dibagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring diatas puing-puing ketika ditemukan. P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.
Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu , ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama.
Perawat mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Beberapa menit kemudian, setelah anak-anak yang memiliki golongan darah yg sama dgn gadis kecil itu terkumpul, dokter berbicara pada grup itu "Apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, dan tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, " Tolong, apakah ada diantara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karna jika tidak, ia akan meninggal!"
Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki dibelakang, mengangkat tangannya. Dengan segera, dokter membaringkan anak tersebut diranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
Ketika dokter mengangkat lengan anak itu untuk membersihkannya, anak itu mulai gelisah.
"Tenang saja" kata dokter itu, "Tidak sakit kok"
Lalu dokter mulai memasukkan jarum, dan anak itu mulai menangis. "Apakah sakit?" tanya dokter.
Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti anak ini" kata dokter itu dalam hati dan mencoba meringankan rasa sakit anak itu, dengan menenangkannya, tapi tak ada hasilnya. Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai, dokter bertanya pada anak laki-laki itu.
"Apakah sakit?" 
Bocah itu menjawab "Tidak, tidak sakit"
"Lalu kenapa kamu menangis?" tanya dokter.
"Aku takut aku akan meninggal" jawab anak itu.
Dokter tercengang "Kenapa kamu berpikir kamu akan meninggal?"
Dengan air mata di pipinya, anak itu menjawab "Karna kukira, untuk menyelamatkan gadis itu, aku harus menyerahkan seluruh darahku".
Dokter itu tidak bisa berkata berkata apa-apa.. Ia pun bertanya "Tapi jika kamu berpikir kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia meberikan darahmu untuk gadis kecil ini?"
Anak itu menjawab "Karna dia temanku, dan aku mengasihinya"..
***

0 komentar:

Posting Komentar